Kamis, 20 April 2017

METODE ILMIAH DAN MITOS



Membedakan Bagaimana Memperoleh Pengetahuan Yang Tidak Ilmiah Dengan Yang Ilmiah

Pengetahuan tidak ilmiah adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara sistematik terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di dalam pikiran manusia secara deduktif dan juga analitik. Misalnya saja seperti pencak silat, bela diri, kebatinan, matematika, dan sebagainya.

Sedangkan, pengetahuan ilmiah ini adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan cara mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah. Misalnya seperti kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek/lapangan) yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sangat sistematis dan juga  dapat dipertanggung jawabkan dengan menunjukan sebab-sebab hal/kejadian itu. Oleh karena itu cara memperoleh pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan ilmiah atau sains sudah jelas sangat berbeda.

Metode Ilmiah

Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain:
a.  Prasangka, yakni suatu anggapan yang benar, padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar.
Contoh:
-     Pada zaman Babylonia, orang percaya bahwa hujan turun dari Surga sampai ke Bumi melalui jendela-jendela yang ada di langit.
-        Dengan prasangka, orang sering mengambil keputusan yang keliru
-        Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran
b. Intuisi, yakni suatu pendapat seseorang yang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya yang terdahulu, melalui suatu proses yang tidak disadari. Jadi seolah-olah begitu saja muncul, pendapat iu tentu saja tanpa dipikirkan lagi. Pengetahuan yang dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya. Ungkapan-ungkapannya sering masuk akal, namun belum tentu cocok dengan kenyataan.
c.      Trial and Error (Coba-coba), yakni metode coba-coba atau untung-untungan. Cara ini dapat diibaratkan seperti seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam suatu kerangkeng dalam percobaan Kohler, seorang psikolog Jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga meraih pisang dengan menggunakan tongkat.

Pengetahuan pada manusia, yang diperoleh melalui cara ini banyak sekali, sejak zaman manusia purba hingga kini. Banyak pula penemuan hasil trial and error sangat bermanfaat bagi manusia, misalnya dengan ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat Malaria. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.

Pada zaman Yunani, orang cenderung untuk mengikuti saja arahan para pakar ataupun penguasa. Namun, ajaran-ajaran ini ternyata banyak yang keliru, karena ahli-ahli pikir itu terlalu mengandalkan atas pemikiran atau akal sehat. Kebenaran, yang dianut itu adalah yang masuk diakalnya.
Contoh:
a.   Setiap hari kita melihat Matahari terbit dari Timur lalu terbenam di Barat, maka masuk akallah bila dikatakan bahwa Matahari beredar mengelilingi Bumi.
b.     Bila kayu dibakar, maka berubah menjadi api, udara dan abu (tanah), maka menurut akal sehat , unsur dasar pembentukan kayu itu adalah tanah, api dan udara.

Pengetahuan yang didapat dengan cara-cara tersebut di atas, termasuk pada golongan pengetahuan yang tidak ilmiah. Lalu bagaimana pengetahuan ilmiah atau yang disebut ilmu pengetahuan itu? Jawaban singkat dari pertanyaan tersebut di atas adalah apabila pengetahuan itu memnuhi empat syarat, yakni:
1.  Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, yakni kesesuain atau kebenarannya dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris.
Contoh:
Galileo dapat dianggap tokoh perintis IPA, karena Ia berani menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan dengan hasil pengamatannya. Ia mengajarkan kepada murid-muridnya untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan eksperimen serta membuat kesimpulan atas hasil observasinya itu. Singkatnya, Galileo mendambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiris.
2.    Metodik, yakni suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu, teratur dan terkontrol. Hal-hal yang berhubungan dengan metode ilmiah ini akan dijelaskan lebih lanjut.
3.    Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri. Satu dengan yang lainnya saling terkait, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4.   Berlaku umum, yakni pengetahuan itu tidak hanya berlaku ata dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama dan akan memperoleh hasil yang sama pula atau konsisten.
Contoh:
Melalui teropongnya Galileo menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo, tetapi untuk semua orang, yakni jika menggunakan teropong yang sama dan cara yang sama pula, maka akan diperoleh pengetahuan yang sama, yaitu di bulan ada gunung-gunung.

Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah

Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah materi pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Metode ilmiah ialah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Senn berpendapat bahwa metode ilmiah ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui segala sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis, bersifat objektif dan konsisten. Sedangakn metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Sejak abad ke-16, para ilmuwan menggunakannya dalam mempelajari alam semesta ini.
Pendekatan yang digunakan kadang-kadang bersifat induktif maupun deduktif. Mari kita ingat lagi bahwa pendekatan induktif adalah mengambil suatu kesimpulan umum berdasarkan kumpulan pengetahuan. Pendekatan deduktif berdasarkan hal-hal yang sudah dianggap benar, diambil kesimpulannya dengan menggunakan hal-hal yang dianggap benar itu.
Sejak digunakannya, metode ilmiah dalam penelitian ilmiah, dimulailah IPA modern yang kemudian berkembang sangat pesat. Perintis-perintis IPA modern adalah Galileo Galilei (1564-1642), Isaac Newton (1642-1727) dan Robert Boyle (1626-1691). Sedangkan yang khusus di bidang ilmu kimia adalah Antonie Laurent Lavoisier (1743-1793).

Kriteria Metode Ilmiah

Jika suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria, antara lain:
1.      Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang akan dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasrkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2.      Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Penggunaan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap serta dengan pembuktian yang objektif.
3.      Menggunakan Prinsip-prinsip Analisis
Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisis. Semua masalah harus dicari sebab-sebabnya serta pemecahannya dengan menggunakan analisis yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja tetapi harus dicari sebab akibatnya dengan menggunakan analisis yang tajam.
4.      Menggunakan Hipotesis
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisis, Hipotesios harus ada untuk mengumpulkan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasilnya kan mengenai sasaran. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5.      Menggunakan Ukuran Objektif
Kerja penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan pikiran yang waras.
6.      Menggunakan Teknik Kuantitatif
Dalam metode ilmiah lazim digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan.
Jauhi ukuran-ukuran seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah yang disebut langkah-langkah operasional metode ilmiah, yakni:
1.      Perumusan Masalah
Perumusan masalah disini adalah pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa ataupun bagaimana obyek yang hendak diteliti itu. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal juga faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.      Penyusunan Kerangka Berpikir dalam Pengajuan Hipotesis
Kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling berkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilimiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3.      Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah:
-  Suatu pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan;
-   Suatu dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada;
-   Suatu jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi dan eksperimentasi
4.     Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Fakta-fakta ini dapat diperoleh, melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop maupun uji coba. Kemudian, fakta-fakta tadi dikumpulkan melalui penginderaan.
5.      Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melaui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis itu diterima bila data yang terkumpul mendukung pernyataan hipotesis. Bila data tidak mendukung, maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima, merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.

Keseluruhan langkah tersebut, harus ditempuh melalui urutan yang teratur. Oleh karena, langkah yang satu merupakan landasan bagi langkah berikutnya. Dari keterangan-keterangan itu dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah teruji secara empiris.


Menyebutkan Keunggulan Dan Keterbatasan Serta Peranan Metode Ilmiah Dalam Perkembangan Pengetahuan

1.      Keunggulan

Ciri khas ilmu pengetahuan ialah bersifat objektif, metodik dan sistematik dan berlaku umum: Hal yang demikian akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji yakni:
a.  Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia;
b.    Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut. Hal itu dapat menjurus ke arah mencari kebenaran secara terus-menerus;
c.    Dengan ilmu pengetahuan, orang tidak percaya pada tahyul, astrologi maupun peruntungan, karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui proses yang teratur;
d.   Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak. Akibatnya ilmu pengetahuan yang kita peroleh, akan sangat membantu pola kehidupan kita;
e.   Ilmu pengetahuan pun akan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka, tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat-pendapat orang lain atau bersikap toleran;
f.     Metode ilmiah, membimbing kita untuk tidak begitu saja percaya pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti nyata.
g.     Metode ilmiah juga membimbing kita untuk selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.

2.      Keterbatasan

Pengetahuan yang ilmiah dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu bersala dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa pancaindera kita juga mempunyai keterbatasan kemapuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disanksikan lagi bahwa data yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan yang diambil pun akan keliru.

Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah tetap ada. Oleh karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk IPA bersifat tentatif. Artinya, sebelum ada kebenaran ilmu yang didapat menolak kesimpulan itu maka kesimpulan tersebut dapat menolak kesimpulan ilmiah terdahulu sehingga menjadi kebenaran ilmu yang baru.

Memang tidaklah mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari Wahyu Ilahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.

Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan. Metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang berkenaan dengan baik dan buruk atau sistem nilai. Juga tidak dapat menjangkay tentang seni dan keindahan.

3.      Peranan

a.  Metode ilmiah berperan untuk memberikan penjelasan ogis dalam ilmu empiris
b.      Sebagai llandasan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah
c.  Berperan dalam memberikan bukti yang konkrit terhadap suatu ilmu pengetahuan




Mitos Gunung Merapi Yogyakarta



Gunung Merapi Yogyakarta


         Gunung Merapi adalah gunung api teraktif di Indonesia yang terletak persis di tengah Pulau Jawa. Gunung dengan ketinggian puncaknya yang mencapai 2.968 meter dpl ini tercatat mengalami erupsi sebanyak 2 sampai 5 tahun sekali, bahkan sejak tahun 1548, gunung yang dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk ini diperkirakan telah meletus hingga 68 kali.     Adapun selain dikenal karena keaktifan erupsinya, gunung merapi juga populer ke seantero Nusantara karena cerita-cerita misteri dan klenik yang menyelimutinya. Gunung ini digambarkan sebagai pusat pemerintahan kerajaan ghaib yang menguasai wilayah Indonesia, sebanding dengan Pantai Selatan Jawa. Asal Usul Gunung Merapi Terlepas dari cerita mistis dan tingkat keaktifan erupsinya yang tinggi, masyarakat Kejawen pada umumnya meyakini jika gunung merapi yang berdiri kokoh menjulang tinggi itu terbentuknya melalui kisah asal usul yang maha pelik. Asal usul gunung merapi ini terjadi pada masa dimana pulau Jawa masih berupa hutan belantara dan belum berpenghuni.
         Kisahnya sebagai berikut: Pada suatu masa, saat dimana Pulau Jawa masih berupa hutan belantara, hanya dihuni binatang buas dan golongan lelembut, para dewa di kahyangan tengah bingung memikirkan bagaimana cara membuat pulau ini menjadi seimbang. Pulau ini pada saat itu lebih condong ke arah barat, karena di barat ada banyak gunung yang menambah beban pulau ini. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya para dewa di langit ketujuh itu pun sepakat untuk meletakan suatu penyeimbang tepat di tengah-tengah pulau Jawa agar pulau ini tak terus menerus miring ke bagian barat. Mengapa penyeimbang tidak diletakan di bagian timur pulau? Alasannya tak lain karena tidak ada penyeimbang yang bisa dipindahkan ke daerah itu dengan alasan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkannya. Satu-satunya penyeimbang yang memungkinkan untuk dipindahkan terletak di Laut Pantai Selatan. Ia berupa gunung tinggi yang menjulang indah dengan keasrian yang sangat menawan. Gunung Jamurdwipa namanya.
          Gunung Jamurdwipa adalah gunung asri yang dijaga oleh sepasang kakak beradik yang berprofesi sebagai pembuat keris (Mpu). Mpu Permadi dan Mpu Rama begitu nama mereka, adalah dua mpu yang sangat sakti mandraguna. Sehari-hari mereka membuat keris dengan tanpa menggunakan alat bantu apapun. Saat membuat keris, mereka hanya membutuhkan perapian dan bahan baja. Untuk pemukul dan lain sebagainya, mereka hanya menggunakan tangan kosong. Para dewa yang berkunjung menemui kedua mpu tersebut pun sampai berdecak kagum akan kesaktian mereka. Para dewa kemudian bertegur sapa dan menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka meminta kedua mpu tersebut untuk pindah dari tempat itu karena gunung yang mereka tinggalkan akan segera dipindahkan.
          Gunung yang menjadi asal usul gunung merapi itu akan dijadikan penyeimbang pulau Jawa agar tidak miring. Baik Mpu Permadi maupun Mpu Rama, keduanya menerima saran dari para dewa, hanya saja mereka baru akan pindah setelah pekerjaan mereka selesai. Saat itu, keris sakti yang mereka buat baru selesai setengahnya. Namun, para dewa meminta agar kedua kakak beradik itu untuk segera pindah, jika tidak maka pulau Jawa akan tenggelam karena penyeimbangnya tak kunjung diberikan. Para Mpu pun berujar jika pekerjaannya tak diselesaikan di tempat itu, maka hasilnya akan tercipta sebuah malapetaka bagi manusia di lintas generasi. Setelah berunding sangat alot, kedua kubu bersikukuh pada pendiriannya. Sang dewa akhirnya mengambil keputusan sepihak. Dipindahkanlah gunung Jamurdwipa meskipun kedua Mpu masih berada di sana. Pleekk... jatuhlah gundukan tanah yang menjadi asal usul gunung merapi itu tepat di tengah pulau Jawa.
           Konon, karena kejadian itu, daratan di bagian timur sebagian ada yang tenggelam, dan dasar laut di pulau Jawa bagian barat ada pula yang menjadi daratan. Sebagai contoh, Pulau Bali sebetulnya dulu menyatu dengan Pulau Jawa, hanya saja setelah kejadian ini, keduanya kemudian berpisah. Kedua mpu tadi tak ditemukan rimbanya, berdasarkan kepercayaan, mereka dan peralatan pembuatan keris, termasuk perapiannya terjebak di dalam gunung. Keris yang setengah jadipun kemudian tertancap di tengah perapian. Perapian tersebut kini diyakini berubah menjadi lahar panas yang letaknya tepat di pusat gunung. Jika si keris ini tergoyang sedikit saja, maka akan tercipta suatu gempa vulkanik, sedang lahar panas yang dulunya adalah perapian, akan keluar karena tekanan hebat dari kesaktian si keris. Karena sering menyemburkan lahar api, masyarakat yang datang pada ratusan tahun setelah itu, kemudian menamai gunung ini dengan nama gunung merapi yang artinya gunung yang berapi-api.

              Cerita diatas merupakan cerita yang berdasarkan mitos dan disebut legenda yang belum pasti akan kebenarannya. Dikemukakan oleh seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun yang bersangkutan dihubungkan dengan apa yang terdapat di lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda.


Sumber:

Darmodjo, Hendro., Kaligis, Yeni. 2001.  Ilmu Alamiah Dasar.  Jakarta: Universitas Terbuka.

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-gunung-merapi-mitos-dan.html



COPYRIGHT © 2017