Membedakan Bagaimana Memperoleh Pengetahuan Yang Tidak Ilmiah
Dengan Yang Ilmiah
Pengetahuan
tidak ilmiah adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara sistematik
terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di dalam pikiran manusia
secara deduktif dan juga analitik. Misalnya saja seperti pencak silat, bela
diri, kebatinan, matematika, dan sebagainya.
Sedangkan,
pengetahuan ilmiah ini adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan dengan cara
mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara
ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah. Misalnya seperti kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek/lapangan) yang merupakan
kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sangat sistematis dan
juga dapat dipertanggung jawabkan dengan
menunjukan sebab-sebab hal/kejadian itu. Oleh karena itu cara memperoleh
pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan ilmiah atau sains sudah jelas
sangat berbeda.
Metode Ilmiah
Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara,
antara lain:
a. Prasangka,
yakni suatu anggapan yang benar, padahal baru merupakan kemungkinan benar atau
kadang-kadang malah tidak mungkin benar.
Contoh:
- Pada
zaman Babylonia, orang percaya bahwa hujan turun dari Surga sampai ke Bumi
melalui jendela-jendela yang ada di langit.
- Dengan
prasangka, orang sering mengambil keputusan yang keliru
- Prasangka
hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran
b. Intuisi, yakni
suatu pendapat seseorang yang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya yang
terdahulu, melalui suatu proses yang tidak disadari. Jadi seolah-olah begitu
saja muncul, pendapat iu tentu saja tanpa dipikirkan lagi. Pengetahuan yang
dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya. Ungkapan-ungkapannya sering masuk
akal, namun belum tentu cocok dengan kenyataan.
c. Trial and Error (Coba-coba), yakni metode coba-coba atau untung-untungan.
Cara ini dapat diibaratkan seperti seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam
suatu kerangkeng dalam percobaan Kohler,
seorang psikolog Jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga
meraih pisang dengan menggunakan tongkat.
Pengetahuan pada manusia, yang diperoleh melalui cara ini
banyak sekali, sejak zaman manusia purba hingga kini. Banyak pula penemuan
hasil trial and error sangat
bermanfaat bagi manusia, misalnya dengan ditemukannya rendaman kulit kina untuk
obat Malaria. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai
suatu cara untuk mencari kebenaran.
Pada zaman Yunani, orang cenderung untuk mengikuti saja
arahan para pakar ataupun penguasa. Namun, ajaran-ajaran ini ternyata banyak
yang keliru, karena ahli-ahli pikir itu terlalu mengandalkan atas pemikiran atau
akal sehat. Kebenaran, yang dianut itu adalah yang masuk diakalnya.
Contoh:
a. Setiap
hari kita melihat Matahari terbit dari Timur lalu terbenam di Barat, maka masuk
akallah bila dikatakan bahwa Matahari beredar mengelilingi Bumi.
b. Bila
kayu dibakar, maka berubah menjadi api, udara dan abu (tanah), maka menurut
akal sehat , unsur dasar pembentukan kayu itu adalah tanah, api dan udara.
Pengetahuan yang didapat dengan cara-cara tersebut di
atas, termasuk pada golongan pengetahuan yang tidak ilmiah. Lalu bagaimana
pengetahuan ilmiah atau yang disebut ilmu pengetahuan itu? Jawaban singkat dari
pertanyaan tersebut di atas adalah apabila pengetahuan itu memnuhi empat
syarat, yakni:
1. Objektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya, yakni kesesuain atau
kebenarannya dibuktikan dengan hasil penginderaan atau empiris.
Contoh:
Galileo
dapat dianggap tokoh perintis IPA, karena Ia berani menentang kepercayaan yang
ada pada masa itu yang berlawanan dengan hasil pengamatannya. Ia mengajarkan
kepada murid-muridnya untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan
eksperimen serta membuat kesimpulan atas hasil observasinya itu. Singkatnya, Galileo mendambakan kebenaran yang
objektif atas dasar empiris.
2. Metodik,
yakni suatu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu,
teratur dan terkontrol. Hal-hal yang berhubungan dengan metode ilmiah ini akan
dijelaskan lebih lanjut.
3. Sistematik,
artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri. Satu dengan yang lainnya saling terkait, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku umum, yakni pengetahuan itu tidak hanya berlaku ata dapat diamati oleh
seseorang atau beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang dengan cara
eksperimentasi yang sama dan akan memperoleh hasil yang sama pula atau
konsisten.
Contoh:
Melalui teropongnya Galileo menemukan adanya gunung-gunung
di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo, tetapi untuk semua orang, yakni jika menggunakan teropong
yang sama dan cara yang sama pula, maka akan diperoleh pengetahuan yang sama,
yaitu di bulan ada gunung-gunung.
Langkah-langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah materi
pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Metode ilmiah ialah
prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Senn berpendapat bahwa metode ilmiah ialah suatu prosedur atau
cara untuk mengetahui segala sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis,
bersifat objektif dan konsisten. Sedangakn metodologi ialah suatu pengkajian
dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Sejak abad ke-16,
para ilmuwan menggunakannya dalam mempelajari alam semesta ini.
Pendekatan yang digunakan kadang-kadang bersifat induktif
maupun deduktif. Mari kita ingat lagi bahwa pendekatan induktif adalah
mengambil suatu kesimpulan umum berdasarkan kumpulan pengetahuan. Pendekatan
deduktif berdasarkan hal-hal yang sudah dianggap benar, diambil kesimpulannya
dengan menggunakan hal-hal yang dianggap benar itu.
Sejak digunakannya, metode ilmiah dalam penelitian
ilmiah, dimulailah IPA modern yang kemudian berkembang sangat pesat.
Perintis-perintis IPA modern adalah Galileo Galilei (1564-1642), Isaac Newton
(1642-1727) dan Robert Boyle (1626-1691). Sedangkan yang khusus di bidang ilmu
kimia adalah Antonie Laurent Lavoisier (1743-1793).
Kriteria Metode Ilmiah
Jika suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut
metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria, antara lain:
1. Berdasarkan
Fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang akan
dianalisis haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasrkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan
sejenis.
2. Bebas
dari Prasangka
Metode ilmiah
harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Penggunaan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap
serta dengan pembuktian yang objektif.
3. Menggunakan
Prinsip-prinsip Analisis
Dalam memahami
serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisis.
Semua masalah harus dicari sebab-sebabnya serta pemecahannya dengan menggunakan
analisis yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya
atau hanya dibuat deskripsinya saja tetapi harus dicari sebab akibatnya dengan
menggunakan analisis yang tajam.
4. Menggunakan
Hipotesis
Dalam metode
ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisis, Hipotesios harus ada untuk mengumpulkan persoalan serta memandu jalan
pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasilnya kan mengenai
sasaran. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran
peneliti.
5. Menggunakan
Ukuran Objektif
Kerja
penelitian dan analisis harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran
tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani.
Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dengan menggunakan
pikiran yang waras.
6. Menggunakan
Teknik Kuantitatif
Dalam metode
ilmiah lazim digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat
dikuantifikasikan. Ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan
sebagainya harus selalu digunakan.
Jauhi ukuran-ukuran
seperti sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan
sebagainya sebagai ukuran kuantitatif. Kuantifikasi yang termudah adalah dengan
menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat
dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah.
Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah yang
disebut langkah-langkah operasional metode ilmiah, yakni:
1.
Perumusan
Masalah
Perumusan masalah
disini adalah pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa ataupun bagaimana obyek yang
hendak diteliti itu. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal juga
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.
Penyusunan
Kerangka Berpikir dalam Pengajuan Hipotesis
Kerangka
berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang saling berkait dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilimiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
3.
Perumusan
Hipotesis
Hipotesis
adalah:
- Suatu
pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan
masalah yang telah ditetapkan;
- Suatu
dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada;
- Suatu
jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu
observasi dan eksperimentasi
4. Pengujian
Hipotesis
Pengujian
hipotesis adalah berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
Fakta-fakta
ini dapat diperoleh, melalui pengamatan langsung dengan mata atau teleskop maupun
uji coba. Kemudian, fakta-fakta tadi dikumpulkan melalui penginderaan.
5.
Penarikan
Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melaui analisis dari fakta-fakta
(data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak.
Hipotesis itu
diterima bila data yang terkumpul mendukung pernyataan hipotesis. Bila data
tidak mendukung, maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima,
merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah dan
merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
Keseluruhan langkah tersebut, harus ditempuh melalui
urutan yang teratur. Oleh karena, langkah yang satu merupakan landasan bagi
langkah berikutnya. Dari keterangan-keterangan itu dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan yang disusun secara sistematis, berlaku umum dan kebenarannya telah
teruji secara empiris.
Menyebutkan
Keunggulan Dan Keterbatasan Serta Peranan Metode Ilmiah Dalam Perkembangan
Pengetahuan
1.
Keunggulan
Ciri khas ilmu
pengetahuan ialah bersifat objektif, metodik dan sistematik dan berlaku umum:
Hal yang demikian akan membimbing kita pada sikap ilmiah yang terpuji yakni:
a. Mencintai
kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah
hidup yang bahagia;
b. Menyadari
bahwa kebenaran ilmu itu tidak absolut. Hal itu dapat menjurus ke arah mencari
kebenaran secara terus-menerus;
c. Dengan
ilmu pengetahuan, orang tidak percaya pada tahyul, astrologi maupun
peruntungan, karena segala sesuatu di alam semesta ini terjadi melalui proses
yang teratur;
d. Ilmu
pengetahuan membimbing kita untuk ingin tahu lebih banyak. Akibatnya ilmu
pengetahuan yang kita peroleh, akan sangat membantu pola kehidupan kita;
e. Ilmu
pengetahuan pun akan membimbing kita untuk tidak berpikir secara prasangka,
tetapi berpikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat-pendapat
orang lain atau bersikap toleran;
f. Metode
ilmiah, membimbing kita untuk tidak begitu saja percaya pada suatu kesimpulan
tanpa adanya bukti-bukti nyata.
g. Metode
ilmiah juga membimbing kita untuk selalu bersikap optimis, teliti dan berani
membuat suatu pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.
2.
Keterbatasan
Pengetahuan yang ilmiah dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah. Kita
telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah
itu bersala dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa pancaindera kita juga
mempunyai keterbatasan kemapuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak
disanksikan lagi bahwa data yang dikumpulkan adalah keliru sehingga kesimpulan
yang diambil pun akan keliru.
Jadi, kemungkinan keliru dari suatu kesimpulan ilmiah tetap ada. Oleh
karena itu, semua kesimpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu
pengetahuan termasuk IPA bersifat tentatif. Artinya, sebelum ada kebenaran ilmu
yang didapat menolak kesimpulan itu maka kesimpulan tersebut dapat menolak
kesimpulan ilmiah terdahulu sehingga menjadi kebenaran ilmu yang baru.
Memang tidaklah mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan
pengetahuan yang didapat dari Wahyu Ilahi. Kebenaran dari pengetahuan ini
bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk menguji adanya Tuhan.
Metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk membuat kesimpulan yang
berkenaan dengan baik dan buruk atau sistem nilai. Juga tidak dapat menjangkay
tentang seni dan keindahan.
3.
Peranan
a. Metode
ilmiah berperan untuk memberikan penjelasan ogis dalam ilmu empiris
b.
Sebagai
llandasan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah
c. Berperan
dalam memberikan bukti yang konkrit terhadap suatu ilmu pengetahuan
Mitos Gunung Merapi Yogyakarta
Gunung Merapi Yogyakarta |
Gunung Merapi adalah gunung api teraktif di Indonesia yang terletak persis
di tengah Pulau Jawa. Gunung dengan ketinggian puncaknya yang mencapai 2.968
meter dpl ini tercatat mengalami erupsi sebanyak 2 sampai 5 tahun sekali,
bahkan sejak tahun 1548, gunung yang dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk
ini diperkirakan telah meletus hingga 68 kali. Adapun selain dikenal karena
keaktifan erupsinya, gunung merapi juga populer ke seantero Nusantara karena
cerita-cerita misteri dan klenik yang menyelimutinya. Gunung ini digambarkan
sebagai pusat pemerintahan kerajaan ghaib yang menguasai wilayah Indonesia,
sebanding dengan Pantai Selatan Jawa. Asal Usul Gunung Merapi Terlepas dari
cerita mistis dan tingkat keaktifan erupsinya yang tinggi, masyarakat Kejawen
pada umumnya meyakini jika gunung merapi yang berdiri kokoh menjulang tinggi
itu terbentuknya melalui kisah asal usul yang maha pelik. Asal usul gunung
merapi ini terjadi pada masa dimana pulau Jawa masih berupa hutan belantara dan
belum berpenghuni.
Kisahnya sebagai berikut: Pada suatu masa, saat dimana Pulau Jawa masih berupa hutan belantara, hanya dihuni binatang buas dan golongan lelembut, para dewa di kahyangan tengah bingung memikirkan bagaimana cara membuat pulau ini menjadi seimbang. Pulau ini pada saat itu lebih condong ke arah barat, karena di barat ada banyak gunung yang menambah beban pulau ini. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya para dewa di langit ketujuh itu pun sepakat untuk meletakan suatu penyeimbang tepat di tengah-tengah pulau Jawa agar pulau ini tak terus menerus miring ke bagian barat. Mengapa penyeimbang tidak diletakan di bagian timur pulau? Alasannya tak lain karena tidak ada penyeimbang yang bisa dipindahkan ke daerah itu dengan alasan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkannya. Satu-satunya penyeimbang yang memungkinkan untuk dipindahkan terletak di Laut Pantai Selatan. Ia berupa gunung tinggi yang menjulang indah dengan keasrian yang sangat menawan. Gunung Jamurdwipa namanya.
Gunung Jamurdwipa adalah gunung asri yang dijaga oleh sepasang kakak beradik yang berprofesi sebagai pembuat keris (Mpu). Mpu Permadi dan Mpu Rama begitu nama mereka, adalah dua mpu yang sangat sakti mandraguna. Sehari-hari mereka membuat keris dengan tanpa menggunakan alat bantu apapun. Saat membuat keris, mereka hanya membutuhkan perapian dan bahan baja. Untuk pemukul dan lain sebagainya, mereka hanya menggunakan tangan kosong. Para dewa yang berkunjung menemui kedua mpu tersebut pun sampai berdecak kagum akan kesaktian mereka. Para dewa kemudian bertegur sapa dan menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka meminta kedua mpu tersebut untuk pindah dari tempat itu karena gunung yang mereka tinggalkan akan segera dipindahkan.
Gunung yang menjadi asal usul gunung merapi itu akan dijadikan penyeimbang pulau Jawa agar tidak miring. Baik Mpu Permadi maupun Mpu Rama, keduanya menerima saran dari para dewa, hanya saja mereka baru akan pindah setelah pekerjaan mereka selesai. Saat itu, keris sakti yang mereka buat baru selesai setengahnya. Namun, para dewa meminta agar kedua kakak beradik itu untuk segera pindah, jika tidak maka pulau Jawa akan tenggelam karena penyeimbangnya tak kunjung diberikan. Para Mpu pun berujar jika pekerjaannya tak diselesaikan di tempat itu, maka hasilnya akan tercipta sebuah malapetaka bagi manusia di lintas generasi. Setelah berunding sangat alot, kedua kubu bersikukuh pada pendiriannya. Sang dewa akhirnya mengambil keputusan sepihak. Dipindahkanlah gunung Jamurdwipa meskipun kedua Mpu masih berada di sana. Pleekk... jatuhlah gundukan tanah yang menjadi asal usul gunung merapi itu tepat di tengah pulau Jawa.
Konon, karena kejadian itu, daratan di bagian timur sebagian ada yang tenggelam, dan dasar laut di pulau Jawa bagian barat ada pula yang menjadi daratan. Sebagai contoh, Pulau Bali sebetulnya dulu menyatu dengan Pulau Jawa, hanya saja setelah kejadian ini, keduanya kemudian berpisah. Kedua mpu tadi tak ditemukan rimbanya, berdasarkan kepercayaan, mereka dan peralatan pembuatan keris, termasuk perapiannya terjebak di dalam gunung. Keris yang setengah jadipun kemudian tertancap di tengah perapian. Perapian tersebut kini diyakini berubah menjadi lahar panas yang letaknya tepat di pusat gunung. Jika si keris ini tergoyang sedikit saja, maka akan tercipta suatu gempa vulkanik, sedang lahar panas yang dulunya adalah perapian, akan keluar karena tekanan hebat dari kesaktian si keris. Karena sering menyemburkan lahar api, masyarakat yang datang pada ratusan tahun setelah itu, kemudian menamai gunung ini dengan nama gunung merapi yang artinya gunung yang berapi-api.
Kisahnya sebagai berikut: Pada suatu masa, saat dimana Pulau Jawa masih berupa hutan belantara, hanya dihuni binatang buas dan golongan lelembut, para dewa di kahyangan tengah bingung memikirkan bagaimana cara membuat pulau ini menjadi seimbang. Pulau ini pada saat itu lebih condong ke arah barat, karena di barat ada banyak gunung yang menambah beban pulau ini. Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya para dewa di langit ketujuh itu pun sepakat untuk meletakan suatu penyeimbang tepat di tengah-tengah pulau Jawa agar pulau ini tak terus menerus miring ke bagian barat. Mengapa penyeimbang tidak diletakan di bagian timur pulau? Alasannya tak lain karena tidak ada penyeimbang yang bisa dipindahkan ke daerah itu dengan alasan sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkannya. Satu-satunya penyeimbang yang memungkinkan untuk dipindahkan terletak di Laut Pantai Selatan. Ia berupa gunung tinggi yang menjulang indah dengan keasrian yang sangat menawan. Gunung Jamurdwipa namanya.
Gunung Jamurdwipa adalah gunung asri yang dijaga oleh sepasang kakak beradik yang berprofesi sebagai pembuat keris (Mpu). Mpu Permadi dan Mpu Rama begitu nama mereka, adalah dua mpu yang sangat sakti mandraguna. Sehari-hari mereka membuat keris dengan tanpa menggunakan alat bantu apapun. Saat membuat keris, mereka hanya membutuhkan perapian dan bahan baja. Untuk pemukul dan lain sebagainya, mereka hanya menggunakan tangan kosong. Para dewa yang berkunjung menemui kedua mpu tersebut pun sampai berdecak kagum akan kesaktian mereka. Para dewa kemudian bertegur sapa dan menyampaikan maksud kedatangannya. Mereka meminta kedua mpu tersebut untuk pindah dari tempat itu karena gunung yang mereka tinggalkan akan segera dipindahkan.
Gunung yang menjadi asal usul gunung merapi itu akan dijadikan penyeimbang pulau Jawa agar tidak miring. Baik Mpu Permadi maupun Mpu Rama, keduanya menerima saran dari para dewa, hanya saja mereka baru akan pindah setelah pekerjaan mereka selesai. Saat itu, keris sakti yang mereka buat baru selesai setengahnya. Namun, para dewa meminta agar kedua kakak beradik itu untuk segera pindah, jika tidak maka pulau Jawa akan tenggelam karena penyeimbangnya tak kunjung diberikan. Para Mpu pun berujar jika pekerjaannya tak diselesaikan di tempat itu, maka hasilnya akan tercipta sebuah malapetaka bagi manusia di lintas generasi. Setelah berunding sangat alot, kedua kubu bersikukuh pada pendiriannya. Sang dewa akhirnya mengambil keputusan sepihak. Dipindahkanlah gunung Jamurdwipa meskipun kedua Mpu masih berada di sana. Pleekk... jatuhlah gundukan tanah yang menjadi asal usul gunung merapi itu tepat di tengah pulau Jawa.
Konon, karena kejadian itu, daratan di bagian timur sebagian ada yang tenggelam, dan dasar laut di pulau Jawa bagian barat ada pula yang menjadi daratan. Sebagai contoh, Pulau Bali sebetulnya dulu menyatu dengan Pulau Jawa, hanya saja setelah kejadian ini, keduanya kemudian berpisah. Kedua mpu tadi tak ditemukan rimbanya, berdasarkan kepercayaan, mereka dan peralatan pembuatan keris, termasuk perapiannya terjebak di dalam gunung. Keris yang setengah jadipun kemudian tertancap di tengah perapian. Perapian tersebut kini diyakini berubah menjadi lahar panas yang letaknya tepat di pusat gunung. Jika si keris ini tergoyang sedikit saja, maka akan tercipta suatu gempa vulkanik, sedang lahar panas yang dulunya adalah perapian, akan keluar karena tekanan hebat dari kesaktian si keris. Karena sering menyemburkan lahar api, masyarakat yang datang pada ratusan tahun setelah itu, kemudian menamai gunung ini dengan nama gunung merapi yang artinya gunung yang berapi-api.
Cerita diatas merupakan cerita yang berdasarkan mitos dan disebut legenda yang belum pasti akan kebenarannya. Dikemukakan oleh seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun yang bersangkutan dihubungkan dengan apa yang terdapat di lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda.
Sumber:
Darmodjo, Hendro., Kaligis, Yeni. 2001. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta:
Universitas Terbuka.
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-gunung-merapi-mitos-dan.html